Kamis, 09 Juni 2011

cerpen lama

RING
                                                                                                                  
          Seorang muda kian lincah memainkan bola di bawah ring .Sesekali dia jump,shoot…,dan bola pun menembus ring.Aku yang berdiri di sudut lapangan spontan bersorak dan bertepuk tangan.Bola terlempar tepat dihadapanku.
          “ Jangan Cuma melihat…..,coba main denganku!!!” lelaki muda itu setengah menantang.
          Hari itu ring adalah teman bermainku.Di bawah ring kian ramai dengan suara riuh dan bola rebound.Napas pun tersenggal  dicampur bau keringat terbakar matahari.Tapi lihat!! Banyak senyum kebebasan dan kepuasan saat bola manembus ring .
          “ coba belajar drible yang baik tanpa melihat bola!” ajar lelaki muda itu.
          Aku berlatih drible dengan penuh semangat,tapi dengan mudah dia merebut bola dari tanganku.
          “ Rasakan bola di telapak tangan,dan buat pertahanan agar bola tidak mudah diambil lawan.”
          Aduh ……. baik sekali dia. Mengajarkan dengan sabar cara bermain basket yang benar.
          “ Sorry, aku harus kembali kerja.”Dia pamit sambil berlalu begitu saja dari hadapanku.
          “ Ya…..” jawabku singkat tanpa sempat mengucapkan terima kasih.Dan juga lupa tak mencari tau siapa nama pemuda tadi.


          Sore hari berikutnya seperti biasa. Lapangan baket depan sekolahku ramai dipenuhi anak – anak yang berlatih.Dan pemuda yang kemarin mengajariku pun tengah asik melatih anak – anak sebayaku.
          “ayo ikut gabung !”   teriaknya.
          Tanpa sungkan aku ikut bergabung dengan mereka. Mulai dari drible,pivot,jump shoot, dan dengan teriakan dan bola rebound,,  sore itu berlalu dngan cepat.
          “teknik kamu udah lumayan “  puji dia
          “makasih”  jawabku agak malu.
         
Sore itu agak mendung., aku buru – buru pulang,karena takut hujan.Sedangkan jarak antara sekolah          dan rumahku cukup jauh.
          “ Aku pulang dulu “ sambil mendorong sepeda dan ku kayuh cepat-cepat.
          “ Hati – hati “ teriaknya.
          Duuuuh perhatian sekali dia .aku berbalik dan tersenyum.Aku lihat dia masih berdiri menatapku.ya tuhaaaaan,kenapa jantungku jadi deg degan?? Sepertinya aku mulai suka dia.
          Hari – hari berikutnya berlalu dengan penuh suka cita.Setiap sore barlatih basket dengan penuh semangat.
          “ Selain basket, apa lagi hobby kamu?”Tanya dia diantara dentuman bola drible.
          “ banyak……….mmmm , baca buku, menulis , makan. Sahutku sambil terenyum.
          “ o ya ? . Buku apa yang biasa kamu baca?”
          “ yang paling sering……Gibran.” Jawabku ragu-ragu.
          “ Hmmm nice book, berarti kamu cewek romantis dong” ucapnya sambil melempar bola ke atas ring.Bola itu rebound  dan memantul ke arahku.
          “ Ahhh “ teriaknya kecewa.
          “ Kita istirahat dulu,sepertinya udah mulai ga konsentrasi nih”
          Kami pun duduk di pinggir lapangan dengan napas tersenggal.
          “Kamu sekolah atau bekerja?” aku memberanikan diri bertanya.
          “ Aku berheti kuliah dan sekarang bekerja.” Dia menjawab dengan wajah tanpa ekspresi.
          “ Sudah jangan bahas tentang aku.” Lanjutnya.
          Seperti ada yang dia sembunyikan dengan hidupnya.Aku mulai penasaran dengan keberadaannya,dan mencoba mencairkan kembali suasana.
          “Bisa tuliskn istilah-istilah dalam basket?”pintaku.
          “ Boleh……,sini pinjam bukunya!”
          Aku mengeluarkan salah satu buku Gibran dari dalam tas.Dengan serius dia menuliskan semua istilah basket dan satu persatu dia jelaskan apa artinya.
          “ Nih ……sudah selesai.” Dia menyerahkan kembali buku Gibran ku.Aku lihat ada initial TA di bawah tulisannya.
          “ Apa nih?” tanyaku penasaran.
          “ itu namaku. TA dari Tubagus Akbar.” Jawabnya.
          Wah nama yang bagus, fikirku.tapi dia tak menanyakan namaku.jadi aku urung memberi tahu siapa namaku.
          Hari itu kami berpisah dengan banyak senyuman, karena aku banyak bicara akrab dengan dia.


          Hari itu lapangan tampak sepi.hanya sesekali terdengar bola memantul di papan rebound.Aku parkir sepedaku di pinggir lapangan.Kulihat dia bermain sendiri di bawah ring.
          “ Kemana yang lain?” tanyaku heran.
          “Entahlah….,Ayo main berdua!” ajaknya tanpa menoleh dan tetap asyik mendrible bola.Kemudian melemparnya ke arahku.Sebentar bola kudrible dan langsung jump shoot.bola meleset dan lari keluar lapangan.
          “ Pemanasan dulu , jangan langsung shoot..!!!! “ teriaknya.
          Aku agak kaget mandengar nada suaranya yang sedikit keras, Dan raut muka yang kelihatan tegang.aku passing bola ke arah dia.
          “ Kak Bagus ga perlu teriak!” kataku ketus.
          “ Sorry , aku agak tegang hari ini. Kita lari keliling lapangan dulu deh.” Suaranya agak melemah.
          Aku tak berani bertanya, ada apa sebenarnya sampai – sampai dia kelihatan begitu aneh. Latihan sore itu sungguh tidak mengenakkan.Kami hanya main degan mulut terdiam.
          Walau begitu dia masih memberiku perhatian saat aku pulang.
          “ Hati – hati!” ujarnya sambil tersenyum manatapku.
          “ Thanks..” Jawabku singkat. Kemudian barlalu dengan mengayuh sepedaku. Aku manepis semua pertanyaan yang memenuhi fikiranku.


          Sore hari berikutnya . Seperti biasa ku kayuh sepeda kesayanganku menuju lapangan basket depan sekolah.Ramai sekali di sana.Aku lupa hari itu ada jadwal Class Meeting.Akhirnya aku ikut bergabung dengan penonton lainnya di pinggir lapangan.Sesekali mataku mencari-cari Kak Bagus. Tapi hingga pertandingan usai , Tak kulihat batang hidungnya. Kemana dia?? Tanyaku dalam hati.
          Satu hari, Dua hari < sampai satu minggu aku tak melihat dia di lapangan.Semangatku jadi berkurang. Tak disangka,ketidak hadiran dia membuat moodku untuk latihan jadi berubah.
          Dengan agak malas aku mendrible bola.Sesekali passing,lay up ..dan shoot.Bolaku meleset terus.
          “ ahhhhhh” teriakku kesal.
          “ Harus Konsentrasi…” teriak seseorang di pinggir lapangan.Tersenyun dan menatapku.
          Tuhaaann, ternyata dia.Air mukaku sontak sumringah.Aku passing bola ke arahnya. Spontan dia menangkap lemparanku.
          “ Apa kabar?” tanyanya sambil mengembalikan bolaku.
          “ Baik,kemana aja Kak Bagus seminggu ini?”tanyaku.
          “Kangen yaa?” godanya sambil tersenyam.
          “Ihh…. Siapa yang kangen? Biasa aja lagi…” Jawabku malu.Mungkin kalau dia melihat , mukaku sekarang merah dan sumringah karena bahagia.Aduuuh….. aku takut dia tahu perasaanku. Kalau selama ini aku memang kangen sama dia.
          Sore itu kami hanya duduk di pinggir lapangan dan mengobrol.Selama seminggu ini ternyata dia sakit.Badannya kurus dan mukanya masih pucat.Akhirnya dia bicara juga tentang pekerjaanya yang hanya penjaga malam di sebuah kantor.Karena kurang tidur dan angin malam yang jahat,itu membuatnya jatuh sakit.Dan sebenarnya dia pun merasa kurang cocok dengan pekerjaannya sekarang.Tapi kerena terpaksa, harus dia jalani juga. Kasian dia…….
          “ Hari minggu kita latihan pagi ya!” ajaknya.
          “ Oke…..” aku mangiyakan. Dan kami pun berpisah dengan hati penuh haraf untuk bisa kembali bertemu esok hari.
          Minggu pagi itu langit mendung.Bahkan gerimis satu-satu mulai turun.
          Duuuuh , Kenapa harus gerimis sih?Batinku .Tapi tetap kukayuh sepeda degan semangat.Gerimis saja tak mengurungkan niatku untuk latihan.Walau sebenarnya tujuan utamaku untuk bertemu dia.
          Di tengah lapangan kulihat ada pertandingan three on three. Ternyata Kak Bagus ikut main.Dia melambaikan tangannya ke arahku.Akupun membalasnya dengan tersenyum.
          Aku menikmati permainannya.Dia memang jago.Beberapa kali three point.Bahkan sempat slam dunk.Duuuuh keren banget. Ditambah costume biru yang yang dia kenakan basah oleh keringat dan air hujan.Uuuuh……….. kanapa aku jadi mikirin dia Ya????
          “ Hallo cantik…” Sapanya .Usai pertandingan dia menghampiri aku dengan botol minum di tangan.
          “ Eh…. Mulai gombal Ya…” sahutku malu. Dia menyebutku cantik?? . Duuuh … Apa aku mulai jatuh cinta ya? Atau cuma GR aja kali.Aku kembali menepis fikiranku yang mulai ngawur.
          Obrolan pun mengalir begitu menyenangkan.Matahari mulai menghangat.Kami kembali ke tengah lapangan.Ditengah lemparan bola drible dan dentuman papan rebound kami saling lempar canda.Dan disela candanya , dia selalu memanggilku dengan kata cantik.Bahkan dia bilang kangen kalau tidak bertemu aku.Apa maksudnya?Aku tidak berani menebak.Sungguh hari yang indah.


          Sore itu hujan begitu deras.Ring nampak sepi.Lapangan pun tergenang air.Aku berdiri di pinggir lapangan.Tubuhku kuyup diguyur hujan.Tanpa terasa air mataku pun mengalir tak mampu kubendung.Ternyata hari minngu yang indah itu adalah hari terakhir kami bersama.Dia tak mengatakan appun tentang kepindahannya ke kota lain.Hanya bola basket miliknya yang tersisa.Kupeluk , kutangisi dan akhirnya kulempar keras-keras hingga mementul di papan rebound.Ahhhhh…!!!!!!
          Mengapa harus ada hari yang indah, kalau akhirnya dia meninggalkan aku tanpa sepatah kata perpisahan.Mungkin aku bukan siapa-siapa untuknya.Tapi Ring…….telah jadi saksi persahabatan kami.Ring……Kini sunyi , sepi tanpa teriakan dan dentuman bola.Tinggal aku berdiri di tepi lapangan. Diguyur hujan.


          Rupanya ,satu bulan kebersamaan kami, membuat aku telah jatuh cinta.tatapan matanya,senyumnya,pujian-pujiannya,mambuat aku berfikir kalau dia pun manyukaiku.
          Malam itu aku tidur dengan sejuta mimpi dan haraf, esok aku akan kembali menikmati hari-hari indah walau tanpa kehadiran dia.Semoga……….

                                                                                               













                                                                   By Venus 1997

Tidak ada komentar:

Posting Komentar