Kamis, 29 Desember 2011

Email pertamaku

Sore hari di kantorku Al Mutawwijji Hujjaj South Asia yang sudah sepi, karena hampir semua karyawan sudah pulang.Aku buka Computerku,mencoba menulis Email untuk Hasnah.


  Assalamualaikum Hasnah...
Aku tidak tau harus manghubungimu di mana,,ketika kau melarangku untuk tidak menelfonmu,,aku turuti, karena penghargaanku pada kehendakmu, tapi jangan menghalangiku untuk tetap terhubung denganmu melalui dimensi lain.
Aku minta maaf jika ini mengganggumu, entah kenapa aku selalu merasa kalau kehadiranku malah mengganggu hidupmu Hasnah, sungguh diluar kehendakku, bukankan pertemuan kita tak lepas dari izin Allah? Dan jika aku tak lagi mendapati hatimu seperti saat lalu, aku juga tak memaksamu, jadi tak perlu membebani hatimu dengan keinginanku menikmati masa lalu.
Hasnah,,ketika aku bicara tentang cinta bagiku adalah kau, sepertinya hatimu tak berkenan, tapi itu adalah senyatanya aku ucapkan, meski kau sulit percaya.
Aku menikah untuk yang ketiga kalinya, hidup dengan tiga istri yang aku sayangi, dan anak anak yang aku banggakan. Kau tau Hasnah, keinginanku untuk mempunyai banyak anak benar adanya, dan aku ingin kau memberiku seorang putra.Maaf kalau keinginanku sulit terjangkau akal sehatmu. Bagaimanapun aku harus mengatakan apa yang ada dalam hatiku.


Aku berhenti mengetik, membaca ulang Email yang kutulis.
Hhhmmmm...
"Aku laki laki dan harus berani bersikap" sungutku.
Lalu aku melanjutkan mengetik.


Hasnah,
Seperti kubilang, mungkin diakhir penggalianmu kau bisa menemuiku,dan tanpa bertanya aku akan menganggap kalau hatimu sama saperti hati yang ku kenal dulu. Waktu berlalu, hidup terus berjalan, tapi padamu aku tak mengubah sedikitpun dari apa yang pernah aku ucapkan.


Ah,,,,apalagi yang harus aku tulis??sampai di sini otakku buntu dan tak lagi berfikir.aku send saja begitu adanya,,jangan dulu...masih banyak yang ingin aku katakan. Tapi akankah Hasnah bersedia membaca ocehanku??
Uh,,aku draft dulu saja.
Ponselku berdering.
"Abi, kenapa belum pulang?ini kan sudah sore?" Suara kecil Habil mengejutkanku.
"Ah ya ya sayang, bilang sama Ummi Abi segera pulang"
Aku segera menutup computerku. tapi tak bisa menutup celah dari otakku untuk memikirkan Hasnah,kubiarkan saja terbuka, seperti aku tak menutup celah dari hatiku yang terisi oleh namanya, bahkan hampir semua celah dia mengisinya dengan indah.
Aku melanjutkan hidupku kembali Hasnah, tanpa meninggalkanmu, karena kau akan ikut serta dalam setiap perjalananku.
Mesin mobil menderu, membawaku pada senyatanya hidup.
Maqom yang aku tinggali bersama keluarga besarku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar