Minggu, 18 Desember 2011

Phone

Waktu berselang, aku menelfon Hasnah.
“Hallo Hasnah, sejak bertemu lagi denganmu terus terang ingatanku kembali pada masa muda kita, kau tak keberatan jika aku mengenangnya kembali?” Aku bertanya agak ragu ragu.
“Kenapa Azdan?...? tentu aku tak keberatan, bukankah semua orang berhak punya masa lalu? Jika aku melarangmu, itu sama saja dengan memasung mulutmu untuk bicara.” Jawab Hasnah di seberang telfon.
“Aku berjanji tak mengungkit hal yang menyakitkanmu, mengenang masa bahagia saja, karena seskit apapun dulu, aku tetap bahagia mengenalmu sebagai seorang yang istimewa dalam hidupku.”Suaraku tertahan, aku berhenti sejenak menunggu reaksi Hasnah. Aku yakin ia tersenyum.
“Oh ya Hasnah, jika boleh aku bertanya tentang hatimu, apakah kau sudah melupakan aku?” Aku melanjutkan pertanyaan.
“Wahai Al Hajj, aku tidak lupa, aku mengingat sekecil apapun dari masa lalu aku, tapi bukan berarti aku selalu hidup di masa itu, aku menikmati hidupku di masa sekarang, dan aku tak takut menghadapi masa depan, aku tak bisa bilang “tak perduli akan masa lalu”, buatku sejarah hidupku adalah bekal yang menentukan sikapku di masa kini, dan untuk masa depan, aku adalah orang yang menggali, kau tau aku bukan orang terpelajar yang mengenyam bangku sekolah, jadi aku menggali apa yang dekat di sekitarku saja, karena mungkin saja jangkauan otakku tak bisa menggapai sejauh fikir mereka yang kaum terpelajar.”
Hhhhmmmm…..kudengar Hasnah manarik nafas panjang.
“Kau terdengar galau Hasnah”Aku menebak.
“Tidak , tidak, aku hanya kembali berfikir tentang sesuatu yang paling aku inginkan.”
“Apa yang paling kau inginkan Hasnah?”
“Aku tak akan mengatakannya padamu, hanya aku, hatiku, dan Rabb yang tau apa yang paling tersembunyi dari hatiku”.
“Hasnah, aku ingin tau apa yang kau gali dari masa kini untuk masa depanmu?”
“Hahaha” tawa Hasnah menggeliktik telingaku.
“Kenapa kau mau tau?”
“Jika hidup sebuah keniscayaan, maka di masa depan mungkin saja kita bisa bertemu pada satu titik dari akhir penggalianmu.”
“Hhhhmmmh,,aku menggali dari satu titik, dan tidak berhenti di titik itu, aku membuat titik lain dan menghubungkannya untuk kemudian membentuk sebuah bidang, seluas apa bidang yang kubuat, maka pencapaianku pada titik itu aku syukuri.”
“Hai,,,otak aku mulai berputar, bisakah kau sebut dari titik mana kau menggali?”
“HAhaha, kau ini..”tawa Hasnah makin akrab di telingaku.
‘Sudahlah,, kau akan menghabiskan pulsa telfonmu jika mendengarkan ocehanku.”
“Tak apa Hasnah, aku senang bisa kembali bicara denganmu, sebelumnya aku tak punya teman untuk ku ajak berbincang tentang hidup, ahhh maksudku, warna hidupmu berbeda dengan kebanyakan orang yang ku kenal, jadi aku tetap akan menelfonmu jika tak mengganggu waktumu, sekarang aku pamit, terimakasih sudah mau bicara denganku.”
“ Oke Azdan, baik baik kau di sana, aku berdo’a untuk semua kebaikan atasmu, Assalamualaikum”
Hasnah menutup pembicaraan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar